MENOLAK IKHWAN…

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;}

Image

 

Perempuan itu makhluk yang susah dipahami. Percayalah, bahkan terkadang saya tidak bisa menterjemahkan apa yang ada dalam hati saya. Terkadang begitu susahnya sekedar ingin tahu apa sebenarnya keinginan terdalam di hati ini.

Saya ingat sebuah becandaan jaman kuliah saat teman saya menggenapkan usianya di usia 20 tahun,”welcome to community of 20th, jalan menuju umur 20 tahun tu rasanya lamaaaaa banget tapi setelah usia 20 tahun itu rasanya waktu berjalan begitu cepatnya.” Dulu saya hanya tertawa mendengar becandaan ini, dan kini pun saya masih tertawa-tawa kecil mengingatnya.

Jaman SMA adalah jaman munculnya banyak buku-buku yang mengompori nikah muda, mulai dari Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahannya Ustad Salim hingga buku-bukunya Ustadz Faudzil Adhim seperti Saatnya Untuk Menikah, Nikmatnya Pernikahan Dini, Kupinang Kau dengan Hamdalah, dan lain-lain. Ahhh bahkan waktu itu saya begitu berpikiran sempit, ada pandangan negative yang tanpa sengaja terjustifikasi pada akhwat dan ikhwan yang sudah berumur namun belum juga menikah. Astaghfirullah…

Rencana hidup saya pun sederhana, setelah lulus kuliah, saya kerja sekitar setengah tahun lah lalu menikah. Mungkin memang sudah bukan nikah muda lagi namanya tapi saya memang ingin menyegerakan menikah.

Waktu berjalan tahun demi tahun, sepertinya setelah umur 20 tahun memang waktu terasa berjalan begitu cepatnya yaa ^^ tau-tau saya sekarang sudah 26 tahun. Tahun depan saya sudah 27 tahun.

Dulu, saya heran bagaimana teman-teman saya menolak ikhwan-ikhwan yang datang sementara saya tahu betul teman-teman akhwat saya ini benar-benar ingin menyegerakan menikah. Tapi begitulah cara Allah mengajarkan kita menjadi bijaksana. Saya tak perlu lagi jawaban dari mereka karena pada akhirnya saya sendiri merasakan ketika pada akhirnya menolak ikhwan-ikhwan yang datang dengan niat tulus untuk menggenapkan separuh agamanya.

Ikhwan pertama yang datang adalah teman satu organisasi dengan saya, saya cukup mengenalnya sebagai ikhwan baik yang dengan rela membantu setiap kesulitan saudaranya. Tipikal ikhwan yang sangat mengutamakan birul walidain, mengutamakan sholat dengan ibadah yang patut diacungi jempol. Saya hanya terdiam sejenak saat teman saya menyodorkan biodatanya untuk saya pelajari. Bertahun-tahun saya mengenalnya, saya tahu karakternya, saya tahu kebaikan-kebaikannya, saya tau betapa bagus ibadahnya… bertanyalah pada saya mengapa pada akhirnya saya menolaknya? Saya punya kesempatan seminggu untuk istiqoroh tapi di hari ke 3 saya sudah memeutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta’aruf dengan beliau. Bertanyalah pada saya mengapa saya menolaknya? Ahhh… saya pun tidak tahu mengapa saya menolaknya. Apakah setiap keputusan harus punya alasan? Saya juga tidak tahu…

Saya hanya merasa tidak seharusnya saya bersama beliau. Saya mencoba meraba-raba apa alasan dibalik keputusan saya kala itu. Finansial. Ya mungkin, hidup di tempat saya tinggal sekarang memang butuh biaya yang tidak sedikit, dan kondisi finansial beliau yang masih belum stabil mungkin menjadi alasan alam bawah sadar saya untuk menolaknya. Mungkin ada yang akan mencap saya sebagai seorang yang matre, tidak percaya janji Allah bahwa menikah akan melancarkan rejeki, menolak orang sholeh, dll. Ahh…ternyata saya hanya akhwat macam ini.

Jiwa. Kenyamanan.

Bolehkah saya menolak karena alasan ini, karna entah mengapa saya terkadang kurang nyaman dalam berkomunikasi dengan beliaunya. Jujur, ada rasa bersalah saat saya menolak beliau. Saya takut Allah tidah ridho dengan keputusan saya ini, menolak orang sholeh. Robbiii… maafkan hamba-Mu ini… saya merasa bersalah hingga datanglah suatu hari beliau datang dengan undangan pernikahan beliau yang hanya berjarak sekitar 1 bulan setelah saya menolaknya.

Maka rasa bersalah itu kemudian menjadi sepenggal syukur penuh keharuan. Untunglah saya tidak membuat keputusan terlalu lama. Keputusan kita bisa jadi adalah kunci bagi terbukanya pintu takdir orang lain. Saya melihat akhwat yang bersanding dengan beliau saat ini, hanya satu yang ingin saya ucapkan,”akhwat sholeh, cocok untuk beliau”

Baarakallah teman ^_______^ percayalah saya ikut bahagia…

 

Di lain kesempatan, saya pernah akan dijodohkan dengan seorang ikhwan, ikhwan hanif yang sederhana, s2, saya hanya tersenyum… lalu entah bagaimana ceritanya saya bertemu dengan ikhwan ini. Singkat cerita, perjodohan ini pun gagal. Lalu beberapa bulan kemudian saya pun tahu beliau sudah menikah. Percayalah, saya bersyukur dengan pernikahan beliau, tidak ada kecewa di hati saya. Hanya entah mengapa teman saya ini tampaknya merasa kasihan pada saya karna pada akhirnya saya ditinggal menikah beliau dengan orang lain. Jodoh kan tidak akan tertukar jadi saya pikir tidak alasan juga untuk mengasihani saya.

Jiwa. Ada apa dengan jiwa ini?

 

Lalu hadirlah ikhwan berikutnya, orang yang pernah saya kenal beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba menyatakan keinginannya untuk menikah dengan saya dalam sebuah pertemuan. Ikhwan sholeh, finansial yang cukup stabil, tinggal di kota yang sama.

Jiwaku, wahai hati ada apa dengamu?

Kali ini pun saya menolaknya. Bolehkah saya beralasan tentang akhlak kali ini?

 

Cukuplah cerita-cerita di atas dan silahkan menilai saya. Pasti ada yang bilang bahwa saya terlalu pemilih. Mungkin aka nada yang berceletuk bahwa kriteria saya terlalu tinggi. Ahhh saya tidak bisa menjawabnya.

“Jiwa. Menikah itu tentang kenyamanan jiwamu jeng”, kata seorang teman saya yang pernah gagal dalam berumah tangga.

Lalu suatu saat teman saya member tahu sebuah quote dari Tere Liye, katanya
Hei, menikah itu bukan lomba lari, yang ada definisi siapa cepat, siapa lelet larinya. Menikah itu juga bukan lomba makan kerupuk, yang menang adalah yang paling cepat ngabisin kerupuk, lantas semua orang berseru hore.

Menikah itu adalah misteri Tuhan. Jadi tidak ada istilah terlambat menikah. Pun tidak ada juga istilah pernikahan dini. Selalu yakini, jika Tuhan sudah menentukan, maka akan tiba momen terbaiknya, di waktu paling pas, tempat paling tepat. Abaikan saja orang2 yang memang cerewet mulutnya bilang “gadis tua, bujag lapuk”, atau nyinyir bilang, “kecil2 kok sudah menikah”.

 

Entah ini menjadi semacam alibi atau pembenaran bagi saya. Tapi saya sangat menyukainya…

Saya percaya Allah, saya percaya segala sesuatunya sudah diatur-Nya dalam scenario yang teramat indah. Maka seharusnya taka da alasan bagi saya untuk bergalau-galau ria atau bermurung durja terlalu lama.. heheee… tapi ya dasar akhwat, ada kalanya sedang bijak namun ada kalanya juga sedang galau. Akhwat kan juga manusia yang punya hati ^^ hehee…

Lalu orang-orang akan bertanya,”lha udah masukin biodata belum?” entah ini sekedar basa-basi atau pertanyaan retoris yang tak perlu dijawab.

Sekali lagi, saya percaya Allah yang akan mengatur segalanya, jadi kalau sampai saat ini saya belum juga ketemu dengan si doi maka saya percaya diri saya ini lah yang harus diperbaiki. Bukan salah murrobi, bukan salah BKKBS, apalagi salah temen-temen saya yang sudah menikah duluan… :p

Saya setuju dengan kata-kata Ustadz Salim,”mencari jodoh terbaik itu adalah dengan terus-menerus memperbaiki diri”

Image

Jadi…

Selamat memperbaiki diri,

Ghibahnya diilangin, jaga lisan neng

Tontonannya dijaga neng, hati-hati sama yang melenakan n membuat lupa ma Allah

Sholat wajibmu dijaga yaaaa…

Ibadah sunnah dan tilawahmu sebagai bukti kalau kau cinta sama Allah n Rasulullah..

Semoga berkah ^_________^

#sebuahNasehatUntukDiriSendiri

SUBUHAN…

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}

Image

 

Allah itu tidak pernah salah, percayalah..

Kalau di suatu tempat perantauan Anda tiba-tiba bertemu dengan seseorang yang entah mengapa Anda langsung merasa nyaman dengannya, mungkin seperti itulah salah satu cerita indah yang diatur Allah untuk anda.

Bertemu seseorang yang sederhana yang mengajak untuk kembali menghidupkan setiap malam, menapaki jalan jalan becek di antara embun pagi saat subuhan, bahkan yang dalam heningnya dia telah menamatkan lembar demi lembar mushafnya..

Maka percayalah,

Allah tidak pernah salah ^_____^

Subuhan, “ayo mbak kita subuhan di masjid” itu sepenggal kalimat yang mengawali subuhan subuhan kami di masjid. Masjid yang memang hanya berjarak beberapa meter dari kost kami. Yang tiap kali adzan maka kami tak mungkin tak mendengarnya.

Subuhan yang sama, dengan imam yang tak pernah ganti, si bapak nafas panjang…

Subuhan yang sama, bersama shaff ibuk-ibuk yang kami mulai hafal satu demi satu wajahnya.

Subuhan yang sama, dengan 2 orang kakak beradik keturunan arab yang selalu datang

Subuhan yang sama, dengan bapak bersandal bata yang selalu balik badan kalau mau masuk masjid

Subuhan yang sama dengan bapak-bapak bermotor astrea yang wajahnya mirip ust.Khudori

Namun ternyata ada kisah-kisah berbeda yang ingin diperlihatkan Allah padaku,

 

Baru akhir-akhir ini saya menyadari bahkan subuhan yang bisa kami laksanakan tiap hari adalah anugerah yang luar biasa dari Allah. Tiap kali melangkah keluar kost, di sebrang tikungan menuju masjid itu pasti selalu ada gerobak bolang baling dan cakwe yang sudah memulai aktifitasnya. Adonan yang sudah tertata di atas meja, minyak yang sedang dipanaskan dalam wajan super besar hingga sisa-sisa bolang baling dan cakwe yang belum laku di hari sebelumnya.

Di lain hari, di tengah gerimis kecil-kecil, tiba-tiba melintas seorang bapak-bapak penjual kerupuk yang memenggul 2 bungkus besar kerupuknya, tepat saat kami baru melangkah keluar dari pintu kost. Di hari selanjutnya pun kami masih melihatnya sambil berlari-lari kecil, mungkin sedang berkejar-kejaran dengan sang waktu.

Lalu hari ini, tepat saat kami akan menyeberang ke masjid, ada bapak-bapak penjual sayur keliling yang memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

Di atas semua perasaan yang muncul kala itu, maka syukur adalah rasa yang ada di penghujung hati. Bersyukur karena tidak harus berlomba-lomba dengan waktu untuk bisa subuhan dengan nyaman. Bersyukur karena masih bisa menikmati isturahat yang hangat sebelum melangkah melihat dunia..

Subuhan yang sama, masih dengan imam yang sama, shaff ibuk-ibuk yang sama, yang bahkan kami mulai tau manakah yang pake cium tangan dan mana yang cukup salaman saja, masih dengan 2 kakak beradik keturunan arab, masih dengan bapak bersandal bata dan bapak dengan tampang kayak ust.Khudori…

Subuhan yang sama, hanya saja ternyata ada kisah yang berbeda di setiap harinya…

Maka di penghujung desember yang tinggal menghitung hari ini, mari meningkatkan syukur kita. Syukur untuk hal-hal yang tampaknya begitu sederhana, syukur karena masih diizinkan Allah bisa subuhan dengan ringan di sebuah masjid yang tak pernah sepi. Bersyukur karena masih bisa menikmati tiap Al Fatihah sang Imam tanpa harus terburu-buru waktu. Bersyukur karna ternyata tidak setiap orang bisa mendapatkan kemudahan seperti ini.

Semoga setiap orang yang sdang mengusahakan rejeki yang halal di sela-sela waktu subuh yang berkah pun akan mendapatkan keberkahan dari Allah.

Amin ^^

Bahagia itu sederhana,

Bahagia itu ada pada rasa syukur, maka saat kita bersyukur, disanalah letak kebahagiaan ^^

hari ini saya izin dari sebuah ta’limat, demi dateng ke walimah temen..

Pandanglah saya dari sudut pandang orang yg memberi ta’limat, maka saya akan terlihat sebagai seorang yang sangat ndablek, tapi saya berhak memiliki alasan untk stiap pilihan yang saya ambil dlm hidup saya kan?

Mari mencoba memandang dari sudut pandang saya, saya telah berjanji untk hadir di walimah saudari saya ini, di luar kota, sewa mobil bareng2.. Bisalah saya membatalkan, tapi bukankah saya jadi orang yang tdk amanah dengan itu..

Saya selalu berusaha menepati apa yang saya katakan, kalaulah memang sdh ada janji maka saya akan mengagendakan kegiatan saya di waktu yang lain. Hari ini seorang teman saya entah dimana, di saat sebelumnya kami sdh saling sepakat untk punya agenda bersama. Oka, dia ada agenda lain…

Begitulah, saya tau betapa tidak enaknya di’ingkari’ janjinya oleh seseorang, maka saya berusaha menjalankan apa yang saya katakan.

Okelah, saya terkadang juga lalai, maka mohon ingatkan saya Ya Allah bila hamba Mu ini suatu saat lalai dengan apa2 yang telah dikatakannya…

I’ll do my best for be a amanah person…

Bismillah…

Mencintai Dalam Diam

Ya…

Aku memang memutuskan untuk mencintai dalam diam.

Ada yang salahkah?

Ada yang salahkah bila aku ingin cukup Allah saja yang tau?

 

Bukankah begitu pula yang dilakukan Bunda Fatimah dan Ali.

Mencintai dalam diam, lalu Allah yang mengatur jalannya..

 

Bukankah Allah telah menuliskan dalam Lauf Mahfuz Nya, tentang siapakah hamba-hamba Nya yang berpasangan?

 

Seperti kata Ustadz Salim,“Jodoh kita sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Mau diambil dari jalan halal ataukah haram, dapatnya yang itu juga. Yang beda, rasa berkahnya ;)”

 

Kata seorang teman,”Udahlah mbak…kita titipkan aja rasa ini pada Allah, nanti kalau emang jodoh kan pasti dipertemukan sama Allah. Ikhtiar mencari jodoh itu ke atas mbak, bukan ke samping”

 

“Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan”

 

(Tere Liye, Kau AKu dan Sepucuk Angpau Merah)

 

Kalau hari ini saya masih bertanya,”bagaimakah mengikhtiarkan jodoh bagi seorang akhwat?” maka sesungguhnya jauh-jauh hari saya telah menemukan jabawannya, bagi seorang akhwat, cara mengikhtiarkan jodoh terbaik adalah dengan terus menerus memperbaiki diri di tiap harinya, maka saat Allah melihat kita tiba di saat yang tepat, Allah akan mendatangkannya dengan mudah.

 

I just wanna believe that way…

 

Bismillah…

Biarlah ini menjadi pilihanku, kalau memang jodoh, Allah akan mengatur jalanNya, tapi kalaupun bukan jodoh, semoga dia mendapatkan jodoh terbaiknya, dan aku pun pasti mendapatkan orang yang paling tepat untukku.

 

Manusia itu hakekatnya makhluk yang sangat amat sedikit pengetahuannya, Allah lah yang Maha Mengetahui.

 

Terakhir, dari seorang Fahd Djibran,

“Tuhan, semoga Engkau mendekatkan semua manusia pada jodohnya, semua rahasia perasaan pada jawabannya. Engkaulah yang mengatur segalanya, dan engkaulah yang mempertemukan dan mempersatukan semua manusia dengan pasangannya. Di atas semua keinginan dan kehendakku, aku mempercayakan semuanya pada pilihan-Mu : Dan semoga semua perasaan baik-baik saja.

 

……….di atas semua cerita, jodoh bukan cuma soal perasaan. Semoga Allah menyembuhkan semua hati yang terluka…

 

Saya hanya sedang berusaha, mempercayakan segala sesuatunya pada Allah.. tempat jiwa ini bermuara…Image

Surat Kecil untuk Tuhan-The Cancer Adrift

Bismillahhirrohmanirrohim…

 

Surat Kecil Untuk Tuhan…

Image

Tau-tau ada buku itu di rumah, mungkin karena sekarang kanker baru jadi tranding topic di rumahku kali ya… heheee… yang tambah bikin pengen baca ni sebenere karena tulisan “Ribuan air mata telah berjatuhan setelah membaca kisah ini”

Akhirnya kubaca juga, walau tak sampai ada air mata yang mengalir. Aku berusaha hisup dalam dunia (almhmah) Gita Sesa Wanda Cantika. Subhanallah anak ini…

Aku membayangkan dirinya yang liat Buku Harian Nayla dan seperti menghitung hari detik-detik kehidupannya seperti dalam film yang sedang dia tonton.

Image

Keke (Gita Sesa Wanda Cantika) yang setelah menjalani serangkaian proses khemoterapy dan radiotherapy hingga dinyatakan sembuh. ^^ lalu ingatanku pun melayang pada pasien2 leukemia anakku yang dulu kujumpai saat praktek di bangsal anak Sardjito. Ada seorang anak perempuan, mungkin usianya sekitar 8 atau 9 tahun, dia msuk bangsal saat pemeriksaan sumsum tulang untuk memastikan masih adakah sel kanker yang tersisa dari serangkaian khemoterapy yang dijalaninya. Lalu beberapa hari kemudian aku bertemu lagi saat dia periksa di Poli anak, ibuknya tampak sangat bahagia,”Alhamdulillah mbak, dah sembuh, sel kankernya udah habis” ^___________^ huwaaaa….aku ikut bahagia lah, bahagia banget! Ibuknya membawa tempat makan berisi ager manis yang sengaja dibuat untuk teman seperjuangannya yang saat ini masih harus menjalani hari2 khemoterapy di bangsal anak.

Selesai membaca Surat Kecil untuk Tuhan ini, tiba2 aku ingat mereka, aku ingat si anak perempuan putih , ndut manis ini. Keke kambuh lagi setelah dinyatakan dirinya bebas dari kanker. Lalu hingga akhirnya Keke harus menjalani hari-harinya bersama kanker yang bersemayam di tubuhnya hingga Allah memanggilnya….

Innalillahi wa inna illaihi rojiun…

Entah kenapa, tatkala membaca buku ini malah yang terlintas di bayanganku adalah pasien-pasien yang pernah kutemui di Sardjito. Ada Dini si anak 2 tahun, ndut imut, manis… ^^ yang terakhir aku ketemu dengannya, sang ibu bercerita dengan senyum yang sangat teramat dipaksakan,”khemo-nya nggak berhasil mbak, nggak tau ini musti gimana lagi”. Robbiiii… Dini tetep aja maen dengan santainya…

Lalu ada Bambang, usianya sekitar 5 tahun yang juga masih berjuang melawan leukemianya, bersama ibuknya yang datang dari Kalimantan, demi sang anak…

Lalau enah siapa namanya yang menangis dengan kerasnya, ibuknya yang berusaha menenangkan, tapi tetap saja hasil lab tak bisa berbohong,”jumlah sel kankernya malah bertambah”. Robbiii…

Ada kesedihan disana, ada kekecewaan, ada juga keikhlasan…pada mereka lah kita harus belajar arti sebuah ketegaran dan perjuangan ^^ aku tak tahu bagaimana kabar kalian semua adik2ku, semoga Allah senantiasa memberi yang terbaik untuk kalian…

Kangan sama senyum mereka,

Kebahagiaan saat bisa makan sate dengan nikmatnya,

Kebahagiaan saat bisa satu ruangan dengan teman yang sama-sama dikhemoterapy..

Kebahagiaan2 sederhana mereka..

^_________________^

Next book,

The Cancer Adrift,

Image

Buku buatan sang penderita kanker paru, Takahiro Okuyama..

Buku yang sangat santai, mungkin saat anda membacanya, rasanya kayak baca Koran di pagi hari. Datar… itulah kesan yang tersirat dari bukunya…

Si penulis bilang, bukan di buku ini saya akan berkeluh-kesah, untuk apa?

Ya….jaadilah sebuah buku yang ringan, dengan ringannya di bercerita saat berliter-liter cairan harus dikeluarkan dari selaput parunya, saat ada caira menumpuk di selaput jantungnya sehingga dia bisa kena serangan jantung sewaktu-waktu. Saat dia menjalani khemoterapy yang tak ubahnya seperti bercerita bahwa dia harus minum 4 liter air dalam 8 jam…

Gaya cerita yang sungguh malah membuat saya terdiam, jadi dia kena kanker paru dan seakan bercerita bahwa dia hanya terkena flu, “hei boi, gw kena kanker lho”

Dia yang tampak hidup begitu normal dengan kanker parunya. Tetap bekerja seperti biasa, tetap dikejar deadline dari tulisan-tulisan yang harus dia selesaikan, di antara pasien-pasien lain, diantara dinding rumah sakit, dan sedikit sinar matahari yang sangat dirindukannya,

Entah akan ada ending seperti apa, karna toh sesungguhnya belum ada akhir untuk kisah ini, dia yang harus kembali menjalani terapy antikankernya, dia yang menjalani khemoterapy tapi malah membuat kekebalan tubuhnya menurun drastis,

“tulisan ini kubuat di atas ranjang rumah sakit setelah aku diopname lagi. Untuk menulis epilog dari catatan melawan penyakit, menurutku tak ada tempat lain lagi yang lebih cocok. Diantara pembaca yang membaca sampai akhir, mungkin ada yang merasa tidak puas dengan bagian akhir yang kurang menarik. Memang kalau aku sembuh atau aku mati, mungkin akan lebih dramatis. Tapi nyatanya, penyakitku tak sembuh, aku disuruh opname ulang, ditambah lagi kondisi tubuhku berantakan”

 

Semoga setiap kisah ini akan membuat kita manjadi lebih bersyukur setiap harinya ^_______^

Harapan itu akan selalu ada Teman ^^

Image

 

Jum’at, 29 April 2011

Jum’at barokah teman, yahh aku selalu suka hari Jum’at ^^

 

Yeahh sampai hari ini, ICU makin luar biasa teman, makin membuatku harus memaksa otakku untuk memahami apa itu ventilator beserta tetek-bengeknya, test lang, konektor,flow sensor, servo-i, airbarr.. hah! Mereka msih saja menari-nari di otakku tanpa bisa kupegang ekornya, hayhayyy… tapi justru itulah tantangannya, itulah sensasinya..

 

Dan ICU akan tetap menjadi tumpuan harapan akhir usaha manusia atas garis-garis takdir yang telah direncanakan oleh Allah. Seperti salah seorang pasieku, dengan darah yang sudah membasahi sekujur tubuhnya, bed yang berbau anyir darah, stelsel-stelsel darah yang keluar dari anusnya, hb yang entah berapa, semua orang menatap hampa pada pasien ini, dokter bedah yang tampak kebingungan karna ruang oK yang belum jelas kepastiannya, dokter2 anestesi yang mulai mengerutkan dahinya sambil bersiap-siap berparade dengan malaikat maut. Yahh…hari itu semua orang berharap, berharap semoga ini bukanlah saatnya, berharap semoga sang pasien masih bisa berkumpul dengan keluarganya tercinta. Entah apa yang ada di benak orang2 yang saat itu mengelilingi pasien itu. Mungkin ada yang berdoa sambil terus berharap akan sebuah keajaiban, mungkin ada yang berdoa agar Allah mengakhirkan penderitaan pasien ini dengan khusnul khotimah, yahh…entah apa yang terpikir di benak makhluk2 yang berharap-harap cemas sambil standby di samping pasien ini. OK siap, ICU memastikan, yes or no and we’ll move. Monitor transport disiapkan, tiang infus ikut dijalankan karna tlah terisi penuh syringe pump dengan berbagai macam obat penopang kehidupan itu. Sang dokter anestesi berjibaku membagging dalam perjalanan ICU ke OK. Sebuah perjalanan singkat yang pasti terasa sangat melelahkan karna saat ini mereka sedang berpacu dengan malaikat maut. Tapi ini bukan saatnya menoleh mengintip keluar jendela, karna setiap nyawa itu sangat berharga teman!

 

Akhirnya berakhir juga sebuah scene drama kehidupan ini, sang pasien kembali ke ICU. Dan lihatlah keesokan harinya, sang istri yang tampak setia mendampingi suaminya, mencoba menerjemahkan tiap kata yang dilafaskan sang suami, selang ET yang masih setia bertengger dalam mulutnya itu tlah menghalangi komunikasi antar 2 insan yang saling mencintai itu. Tapi biarlah, saatnya hati yang bicara bila suara tak lagi bisa menyapa, sebuah tatapan rasanya cukup melegakan hati yang sedang tersapu sang gelombang kerinduan. Sang istri tetap tampak khawatir walau bibrinya tlah mampu menampakkan senyum kelega’an. Dan sang istri yang tak lelah-lelahnya berkata, “mbak, titip suami saya ya, tolong dibasahi bibirnya kalau merasa haus. Tolong ya mbak, saya tiitp suami saya, maaf merepotkan. Mbak, saya titip suami saya ya…” yahhh begitu sang istri mengulang-ulang tiap katanya… sebuah ungkapan kekhawatiran akan sosok yang pasti yang pasti sangat dicintainya itu,,, yeah… beliau hanya seorang istri yang sangat mengkhawatirkan suaminya ^^

 

The ends of story in ICU,

Sang pasien akhirnya bisa kembali ke bangsal,

Moment2 paling membahagiakan bagi para perawat ICU, mengantar pasien ke bangsal ^^

Dan di pagi jelang kepulangan pasien itu ke bangsal, para perawat mengelilinginya sambil mengucap selamat dan senyum yang henti2nya ditunjukkan ke hadapan pasien, senyum ketulusan atas kehidupan yang memang harus selalu disyukuri. Senyum takjub karna keajaiban memang selalu ada di ICU, dan di ICU pula aku belajar untuk menghargai sekecil apapun harapan yang ada. Di ICU aku belajar untuk selalu menyalakan harapan, seperti setiap keluarga pasien yang terus berharap akan kesembuhan keluarga yang dicintainya.

 

^_______________^

 

Luar biasa bukan teman,

Jangan pernah berhenti berharap, karna harapan itu masih ada dan akan terus ada bagi insan2 yang percaya pada jalan terbaik yang pasti diberikan-Nya pada tiap hamba2-Nya…

Lakukan yang terbaik yang kita bisa..

Berikan yang terbaik yang bisa kita berikan..

Karna yakinlah di luar sana puluhan keluarga pasien sedang menumpukan harapan pada kita, sebuah ikhtiar untuk mendapatkan keputusan tertinggi dari Allah.

Yahh…ikhtiar, lalu tawakal ^^

 

Shin, jadi perawat pinter yang sholih ya, yang ber-amar ma’ruf nahi munkar, yang care ma pasien, yang tulus, jadikan aktivitasmu sebagai perawat adalah bagian dari ibadahmu pada Allah. Amin ^^

 

(sebuah memoar pengingat diri)

 

Hah! semanga99x!!!! ^____________________

Rumus AGD Dalam Hidup ^________^

Bismillahhirrohmanirrohim…

Sabtu, 26 Maret 2011

Yeahhhh…tepat seminggu sudah di ICU, ouuuuu i really enjoyed in ICU, i never imagine that ICU is so wonderfull, really interest, and so make me happy, it’s really great!!!!!

Suatu hari dapet rumus AGD dari Pak Kun,”Cara ngambil AGD itu…rasakan denyut nadi dengan ujung jari, anda harus dapet nadinya, lalu mulai tusuk dengan jarum, nusuknya jangan pelan2 ya karna saat jarum terkena kulit itu rasanya sakit, TUSUK, TERUS MAJU, LURUS AJA, JANGAN BELAK-BELOK, JANGAN MAJU MUNDUR, TAPI TERUS MAJU”

Ha, kenapa ya tiba2 aku inget sama Rumus Masuk Syurganya Mario Teguh, Rumus masuk syurga itu sederhana saja, Belok Kanan dan Lurus aja”

^_____________^

Teman, mungkin memang begitulah hidup itu ya…

Dalam hidup ini kita memiliki 3 dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, dan yang benar2 menjadi hidup qta adalah sama sekarang, masa saat saya membuat tulisan ini, setelah tulisan ini selesai pun pada akhirnya tiap paragraf akan menajadi masa lalu dalam hidup saya. Tulisan yang akan menjadi saksi saat Allah bertanya,”kau habiskan untuk apa waktumu?” (masyaAllah…serius banget tulisanku, hah..).

Masa lalu tidak akan pernah kembali bukan, jadi inget si Momo yang pengen menabung waktunya tapi ternyata itu hanya tipuan belaka, masa lalu hanya akan menajdi pengingat, pengingat qta akan tiap hal yang sudah qta lalui, pengingat qta atas tiap pelajaran yang Allah berikan untuk qta, tak ada yang bisa diubah dari masa lalu, yang ada adalah sejuta hikmah yang telah ditorehkan Allah dalam tiap langkah perjalanan hidup qta.

Masa depan adalah rahasia Illahi, akan kemanakah kaki ini melangkah setelah qta benar2 lulus profesi, jadi perawat kah? Jadi dosenkah? Atau malah jadi pengusaha? bahkan aku pun tak pernah tahu apa yang yang terjadi satu detik setelah saat ini. Yeahh..masa depan akan tetap menjadi rahasia-Nya, tersimpan rapi dalam Lauh Mahfudz Nya hingga saatnya telah tiba. Tapi yang aku suka dari masa depan adalah harapan qta untuk terus bermimpi. Mungkin masa depan memang bukan milik kita, tapi harapan akan masa depan lah yang membuat darah ini tetap mengalir, nafas ini tetap berhembus, dan jantung yang terus berdenyut. Dan aku bahagia bisa hidup dengan mimpi-mimpiku. Ust. Anis Matta pernah menulis,”Impian itu bukan angan-angan semata. Impian itu sesuatu yang nyata di depan kalian, dan kalian pasti bisa meraihnya” ^^

Dan masa sekarang adalah saatnya action!!! Saatnya beramal, saatnya bekerja, saatnya bergerak, saatnya membuktikan pada para Malaikat-Nya bahwa qta tidak diciptakan-Nya untuk sebuah kesia-siaan dan kerusakan di muka bumi ini.

Hah, kembali ah..

Rumus Masuk Surga, Belok Kanan lalu lurus aja ^^ itulah hidup,mungkin jalan memang penuh lika-liku, penuh kerikil di sepanjang jalannya, namun rumusnya sederhana, Lurus aja…. Shirot Mustaqim… Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus, jalan orang2 yang kau beri nikmat, bukan jalan mereka yang Kau murkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.. (aku baru inget2 Senandung Al Fatihah jaman TPA dulu, hah, jadi kangen ma ustadz2ku ^^)

Okey, rasakan denyut nadinya, seperti membeli kucing dalam karung bukan, ini bukan vena boi, ini arteri, NGGAK TERLIHAT TAPI TERASA…

Kuncinya adalah denyut arteri, jangan menusuk kalau belum merasakan arteri.. dan hidup ini kembali mengajarkan padaku, kau harus tau tujuan hidupmu shin, sebelum kau memulai langkahmu…

Rasakan wahai teman, walau qta tak bisa melihatnya…

Dan itulah syurga itu teman…untuk sebuah akhir dari hidup qta…*amin*

Dan tanah syurga adalah batu marmer berwarna putih yang terbuat dari perak seperti cermin. Halamannya adalah batu-batu dari kapur barus dan dikelilingi oleh kesturi seperti bukit pasir. Bangunan-bangunannya tersusun dari batu bata yang terbuat dari emas dan perak. Adukannya adalah kesturi yang sangat harum, kerikilnya adalah mutiara lu’lu’ dan mutiara yakut, tanahnya adalah za’faran.

Kini kita tiba di salah satu pintu syurga. Ada pohon yang dari salah satu batangnya keluar dua mata air yang mengalir. Para penghuni syurga akan berjalan menuju salah satu dari dua mata air itu dan seakan-akan mereka diperintahkan untuk pergi menuju kepadanya. Mereka minum dari mata air itu, kemudian seluruh kotoran dan penyakit lenyap dari perut mereka. Mereka berjalan menuju mata air satunya, lantas membersihkan diri dengannya. Maka memancarlah dari mereka pandangan yang menyejukkan. Penglihatan mereka tak pernah berubah selama-lamanya. Subhanallah…

Di dalam syurga, terdapat sungai-sungai yang mengalir, tempat para penghuni syurga dari yang paling depan hingga belakang, berkumpul di dalamnya dan berkenalan. Lantas Allah meniupkan angin rahmat lalu berhembuslah aroma kesturi kepada mereka

(Karena Bidadari Ada di Bumi)

Subhanallah….

TUSUK, TERUS MAJU, LURUS AJA, JANGAN BELAK-BELOK, JANGAN MAJU MUNDUR, TAPI TERUS MAJU…

Tiba2 aku ingat jaman dulu ngurus TSC, boncengan berdua sama Resti ke smp2 untuk nyebar publikasi, di tengah jalan kami tersesat dan Resti berkata,”Shin ,aku nggak suka belok ke belakang e, qta nyari jalan ke depan aja ya”, ahh…aku suka prinsipmu Teman ^^

Yeahh..begitulah seharusnya hidup ya…Maju Terus, Lurus Aja, Jangan Belak-Belok, Jangan Maju Mundur, tapi Terus Maju ^_________________^

And the ends of story…

…rasakan denyut nadi dengan ujung jari, anda harus dapet nadinya, lalu mulai tusuk dengan jarum, nusuknya jangan pelan2 ya karna saat jarum terkena kulit itu rasanya sakit, TUSUK, TERUS MAJU, LURUS AJA, JANGAN BELAK-BELOK, JANGAN MAJU MUNDUR, TAPI TERUS MAJU…

Hingga akhirnya…

Crashhhhhh…

Kau dapatkan arterinya, dan darah mengalir ke atas, mengisi tiap ruang dalam spuit, berkolaborasi dengan heparin, terus bergerak, tanpa pembekuan yang kan menghentikan semuanya…

Jangan lupa kawan, tempelkan barcodenya biar nggak ketuker ma pasien lain, hah..

Hehhee… ^______________^

Enjoyed your life kawan, sungguh hidup ini terlalu luar biasa untuk qta sesali ^^

 

infus ^O^

Rabu, 8 Juni 2011

Bismillahhirrohmanirrohim…

 

Kali ini aku ingin memulainya dengan sebuah pertanyaan?

 

Adakah antum pernah di-infus? Yang udah pernah ayooooo Ngacuuuuuuung ^-^

Heheee…

 

Infus, sebuah keterampilan Luar Biasa yang bahkan selalu bisa memacu adrenalinku, membuat mata yang terkantuk-kantuk menjadi terbuka lebar, membuat jalan terseok-seok menjadi langkah tegap penuh semangat 45 ^-^

 

Bagi seorang perawat, mungkin Infus adalah hal yang biasa, teramat sangat biasa mungkin, tapi bagaimana bila yang melakukan adalah ‘praktikan’ perawat? Percayalah, sampai saat ini Infus tetap menjadi aktivitas yang membuat jantungku berdebar-debar dan ‘mungkin’ tanganku masih tremor..

 

Infus pertamaku,

Alhamdulillah sukses, Dahlia 4 menjadi saksi atas masuknya abuket ke dalam pembuluh darah itu, masih kuingat kata2 pembimbing klinikku, “nah, itu keliatan gedhe banget, ayo nyoba, pasti bisa” ^-^ gemeteran tanganku melihat pembuluh darah yang dah kelihatan menonjol, jantungku berdebar-debar nggak karuan, dan sepertinya keringat dinginpun mulai mengalir lancar di dahiku… hingga akhirnya mataku melotot tak percaya saat butir-butir darah itu mengalir lewat abuket. Gugup! Bingung! Plester2 tolong…eh salepnya! Kasa sterilnya…! Luar Biasa ^-^

 

Pertanyaan kedua,

Mari ingat2, siapakah yang menginfus kita kala itu?

Perawat kah? Ato seorang ‘praktikan’ perawat?

Maka muncul lagi sebuah pertanyaan?

 

Seandainya ada 2 pilihan, mau di-infus sama perawat beneran ato sama ‘praktikan’ perawat? Maka apa jawabanmu Teman?

Hah! ^-^ aku yakin, 100% pasti jawabannya mending di-infus sama perawat aja.. iya kan? Jangankan kalian, aku aja mungkin bakalan milih perawat beneran kuk…wakwkw..

 

 

Dan ceritapun dimulai,

Entah ini infus keberapaku? Mungkin yang kedua atau ketiga?

Pasiennya adalah pasien kemotherapi, alhamdulillah pembimbing klinikku kala itu sangat luar biasa baiknya, katanya dengan enteng,”dek, itu pasien mau kemotherapi, dipasang ya infusnya”, maka aku dan teman-temanku pun masih terbengong-bengong sambil menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan, serasa mendapat orderan 500juta kayaknya, kamipun melangkah dengan penuh semangat menuju kamar pasien. Walau sebenarnya di benakku masih terngiang-ngiang kata2 seorang pembimbing klinikku,”kalau pasien kemotherapy yang udah 3 ampe 5 kali kemo tu biasanya pembuluh darahnya dah kaku, keliatan tapi keras, jadi susah nginfusnya”

 

Maka kubulatkan hatiku, dengan didampingi teman2 seperjuanganku kala itu..

Pasiennya bapak2 dan ditemani istrinya, diawali dengan sedikit ngobrol dan basa-basi sebelum infus dipasang,meluncurlah cerita dari sang istri, katanya,”suami saya ini takut disuntik sus” dengan wajah teduhnya, dan dan suami yang hanya senyum-senyum saja sambil memalingkan muka dari tangan kirinya.

 

Tusukan pertama,

Kasa steril dengan kemicitin udah siap, 2 plester kecil udah siap, 1 plester potongan besar udah tersedia, rangkaian selang infus dan plabotnya telahberdiri tegak di sampingku, seakan ingin ikut menjadi saksi apakah seorang ‘praktikan’ perawat mampu masang infus..

 

Kuambil abuket, dengan tangan gemeteran (tentu saja, aku tremor boi..), berkali-kali kulafaskan bismillah, kuoles alkohol, kubuka abuket…bismillah, kutusuk kulit beliau, tetes-tetes keringatku mulai mengalir tatkala tak kujumpai sebutir pun darah mengalir dari abuketku, kupandangi teman sebelahku, mencoba mencari dukungan,”ayo shin” katanya…

“Wahh..nggak pas e pak,” kataku setelah berulang kali menarik maju-mundur abuket dan ternyata memang tak ada setetes darah pun di sana…

 

Sang istri tersenyum menenangkan suaminya,”nggak papa ya pak ya, cobaan ini namanya” hehheee….”nggak papa pak, nanti ddicoba sekali lagi” kata sang istri sekali lagi dengan wajah tenang dan senyumnya yang tampak sangat tulus, sang bapak berkata,”nggak kena ya…”, lalu kujawab dengan sedikit senyum yang kuukir dengan sangat susah,”iya e pak, sekali lagi ya pak” kataku sambil menatap teman2ku, meminta bantuan mereka, “ada yang mau nusuk bapaknya nggak?” kataku lewat pandangan mataku yang pasti sangat melas waktu itu..

 

Lalu temenku berkata,”ayo shin sekali lagi, sini aku pegangin tangan bapaknya”

 

Dan jantungku pun berdebar lebih kencang, mataku terbuka lebih lebar, tanganku bergetar lebih kencang, “bismillah..ya Allah, bantu aku”

 

Kubersihkan abuket yang belum menyentuh pembuluh darah itu,bismillah..

“Pak…suntik malih nggih”, sang bapak manggut-manggut, dan sang istri tampak tersenyum sambil berkata,”nggihhhh mbak…”

 

Dan subhanallah,bagiku kala itu rasanya aku melihat sebuah keajaiban, darah mengalir memenuhi abuket, terus dan terus ke atas… “shin, infusnya..”, kata temanku, lalu buru2 kusambungkan selang infus dan abuket, kubuka kuncinya, “subhanallah, alhamdulillah lancar!” hah! ^-^ Luar Biasa…

 

Lega rasanya, sang istri tersenyum, sang bapak pun ikut tersenyum,”alhamdulillah..” katanya… plong rasanya, telornya dah pecah dengan sukses ^-^

 

Yahh…aku belajar bahwa setiap orang pernah gagal, tapi yang penting adalah bukan saat kita meratapi kegagalan itu dan serasa jadi orang termalang di dunia, tapi saat kita mampu bangkit dari kegagalan, berani melakukan lagi, lagi, dan lagi hingga Allah melihat setiap usaha kita dan mempermudah tiap langkah kita ^-^

 

Dan cerita nggak selesai sampai di sini teman,

Tiap kali kutengok kamar bapaknya, yang kudapati adalah sang bapak yang keluar masuk kamar mandi dengan santai, ato sang bapak yang sedang duduk santai membaca koran sambil menikmati setiap tetes obat khemo yang masuk lewat pembuluh darahnya.. ^-^

Beliau berkata,” Mbak” katanya,”infusnya bagus, nggak pernah macet low walau saya sering jalan-jalan ke kamar mandi, saya pake duduk-duduk kayak gini sambil membaca koran”

 

Dan akupun hanya mampu tersenyum, ingin menangis, terharu…

“makasih pak, kataku dalam hati, dan Anda adalah dosen terbaik saya sampai saat ini”

“mbak-mbak”, katanya lagi,” besok udah kemo hari ke 5 mbak, nanti mbaknya aja ya yang nglepas infus saya” katanya..

 

“Iya pak, pasti” kataku mantap ^-^ (bahagia mood:oN)

 

Maka dengan segenap asa dan azzamku, kutunggu saat-saat yang telah kujanjikan itu..

Sayang…ternyata aku nggak ada di ruangan saat infusnya harus dilepas…aku berpapasan dengan beliau di pintu keluar Sardjito, kusambut dengan senyum terbaikku, “lhah..udah selesai ya pak”, tanyaku…lalu beliau menjawab,”iya e mbak, wahhh nggak jadi mbaknya ya yang nglepas infus saya”, “eh eh mbak”, lanjtnya, “3 minggu lagi jadwal saya kemo lagi di Sardjito, besok mbaknya lagi ya yang masang infus”

 

Robbi….subhanallah, bahkan aku tak percaya dengan kata-kata beliau…

Senyumanku yang tak mampu kubendung, air mata yang tlah sukses membasahi tiap sudut retinaku,,,”wahh, saya hanya ‘praktikan’ e pak, 3 minggu lagi saya sudah ganti bangsal” kataku dengan penuh tatapan penuh makna..

 

“wahh gitu ya mbak…., yaudah, sukses ya mbak” katanya untuk yang terakhir kali..

“ya Pak, terimakasih” kataku karna memang hanya kata itu yang mampu kulontarkan saat itu… diakhiri dengan senyuman khas sang istri..

 

Subhanallah… ^-^

 

Dan saat ini pun aku hanya tersenyum-senyum saat memutar kembali kenanganku saat masa awal PKD itu…

 

Infus,

menggingatkanku tentang Pak Alwi yang tak pernah tergantikan..

mengingatkanku tentang kegagalan-kegagalan yang membuatku lemas lunglai

menginhgatkanku tentang guru-guru kehidupanku yang sesungguhnya di rumah sakit

mengingatkanku tentang harapan tiap orang yang tertatih-tatih datang ke rumah sakit terbesar di Jogja ini..

mengingatkanku bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk bangkit dan memperbaiki diri..

mengingatkanku akan tiap jejak perjalanan profesiku yang begitu luar biasa…

 

Pernah terpikir di benakku saat aku gagal nginfus berkali-kali, “kalau aku nggak pinter nginfus, trus aku jadi perawat nggak manfaat banget dong”

Dan sepanjang perjalanan profesiku mengajarkanku tentang banyak hal, tentang CVC yang begitu ajaib, tentang ICU yang yang begitu cantik dengan suara-suara yang sangat menawan, tentang jadi perawat itu nggak melulu bahwa kamu bisa nginfus ato nggak, tentang pasien yang nggak hanya butuh infus tapi butuh senyuman kita, butuh tissue untuk menyeka keringatnya, butuh kehadiran kita untuk menenangkannya… ^-^

 

Dan adi akhir penghujung profesiku ini, tetap kuingat nasehat seorang dosenku,”dosen kalian yang sesungguhnya ya pasien-pasien kalian itu di rumah sakit. Hormati pasien kalian seperti kalian menghormati dosen-dosen kalian, dari merekalah kalian sesungguhnya belajar tentang menjadi seorang perawat yang baik”

 

“Jangan sombong ya kalau suatu kali pasien kalian itu orang miskin, hargai orang miskin, pada merekalah sesungguhnya kalian belajar, siapa lagi yang mau jadi tempat praktek kalian, tempat kalian belahar kalau bukan orang-orang miskin itu”

 

Nyesss…rasanya…

 

Dan kata seorang Kepala Ruang di Sardjito,” pasien Jamkesmas itu seharusnya kita perlakukan seperti pasien VIP, bahkan VVIP, karna mereka itu sesungguhnya nggak akan pernah nunggak bayaran, semua sudah pasti dibayar oleh pemerintah”

 

Dan pada meraka dosen2 kehidupan kami, kami ucapkan terimaksih sebanyak-banyaknya telah mengantarkan kami di ujung penantian ini… ^-^

 

Terimasih teman,

Terikasih dosen-dosen kampusku,

Terimaksih para pegawai PSIK yang selalu sabar dengan kerewelan2 kami,

Terimasih untuk tiap perawat2 yang telah menajdi guru kami,

Terimakasih untuk para pasien kami ^-^

Terimakasih untuk Allah yang telah mempertemukan kami dengan mereka…

 

Robbi auzikni an asykuro nikmatakallati, an am ta allya wa ala wa lidaiyya, wa ‘amalasshotihat tardho hu wa adqilni birohmatika, fii ibadikassholihinn….

 

Jadi teman, milih mana, diinfus sama perawat atau ‘praktikan’ perawat?

Hehehee…

Sungguh kesediaan antum untuk kami infus akan menjadi amal jariyah bila diniatkan dengan tulus…

 

Wekekekee… ^-^

Selamat menjemput impian kalian teman-temanku…

 

 

-sebuah memoar pengingat diri-Image

Istiqomah ya Teman ^O^

Image

 

)Bismillahhirrohmanirrohim…

Teringa masa beberapa bulan yang lalu pas praktek KMB, seorang Kepala Ruang berpetuah dengan bijaknya,”eh…besok tu ya…yang pertama-tama masuk syurga itu perawat”, trus qta yang baru praktek plus para perawat2 yang lain masih tampak terbengong-bengong…

“Lha kok bisa..?”

‘Kenape emang?”

Menyadari betapa blo’onnya tampang2 kami waktu itu, sang KaRu pun kembali melanjutkan kalimatnya,”Heehh…itu Aa Gym yang bilang, perawat itu kan gajinya paling dikit tapi paling sering ketemu ma pasien, paling banyak kerjanya, jadinya besok paling duluan masuk syurga. Nah, setelah perawat trus residen, trus yang paling terakhir tu yang dokter2 spesialis tu yang paing bentar ketemu pasien…”

Wakakaka…ketawalah kita semua,

Trus ada yang nyeletuk..

“Eh Buk, berarti bukan perawat dong yang pertama kali masuk syurga.. mahasiswa praktikan dulu”, kata seorang audience..

“Oh iya ya…,”ralat sang Karu..

“Berarti mahasiswa pratikan dulu, trus koas, perawat, residen,,trus yang terakhir baru dokter spesialis ya…”,

Yahhh…memoar beberapa bulan yang lalu, yang saat itu mampu membuat kami tersenyum di pagi hari sebelum menjalankan aktivitas rutin ke pasien, semangat ibadah yang mencoba disebarkan sang KaRu kepada para perawat lain dan anak2 bimbingannya….

-miss that moment so much-

Waktu pun kembali bergulir seiring terus berputarnya roda keprofesian di PSIK, hehee..

Hingga KMB pun terlewati dan berganti stase baru, di tempat yang baru, bersama orang2 yang baru pula…

Lalu ingatankau berjalan mundur ke masa 3-4 tahun yang lalu saat ada seorang dosen yang berkata,”sapa bilang perawat tu banyak pahalanya? Misale kalian mau ambil darah, sekali tusuk gagal, menyakiti pasien to itu namanya, nah….kalian dapet dosa,misale nyuntik lagi, gagal lagi, dosa lagi…” Hadoh…susah bener ya jadi perawat..

Dan pada suatu hari, aku ternyata menemukan sebuah fenomena yang nampaknya bisa menambah timbangan DOSA kita di akherat tatkala iman telah mulai luntur wahai teman. Ada seorang oknum ptenaga medisnya yang ternyata memakai nama seorang pasien untuk melakukan pemeriksaan darah. masyaAllah…

Jadi ini namanya apa teman? Korupsi kah? Pasien yang dipake pasien jamkesmas lagi, uang negara yang diamahkan untuk kesehatan rakyatnya itu ternyata digunakan untuk kepentingan pribadi sang tenaga medis…

Bayangin nggak sih kalau sistem yang dipake adalah sistem komputerisasi sehingga semua tenaga medis bisa mengakses data hasil lab? Kasihan kan pasiennya, jangan2 bisa dapet terapi yang mubadzir…

Astaghfirullahhaladzim…

Astaghfirullahhaladzim…

Astaghfirullahhaladzim…

Ini adalah istighfar pengingat diri, hari ini mungkin aku bisa berkomentar seperti ini, apakah kelak aku masih diberi keistiqomahan dan iman untuk menjauhinya..

Yahhh…that just story friend, untuk saling mengingatkan, dan terutama untuk pengingat diri sendiri…ternyata profesi kita cukup rentan juga ya dengan korupsi dan teman2nya..

^________________^

Semangat Teman…

Keep Istiqomah…

Teringat pesan teman2ku….

“Lakukan tugas sebagai perawat dengan ikhlas karena ridho Allah, jauhi su’udzon, senantiasa berdzikir, insyaAllah Allah akan menjaga hati kita sehingga setiap aktivitas kita terjaga keikhlasannya”

Saling mendoakan ya Teman, semoga Allah menjaga kita dari perbuatan yang tidak diridhoi-Nya…

Semoga keistiqomahan itu melekat erat di hari..

Semoga Iman itu selalu berada dalam penjagaan-Nya..

Amin…

Miss U ALL my Friend, selamat berkarya di tempat masing2 ^^